Saturday, August 24, 2013

Makna Arti Kata Amin, Aamin, Amiin, Aamiin, dan Amien

Bismillahirrohmanirrohiim

Kata amin mungkin tidak asing lagi bagi telinga kita, setiap harapan dan doa pasti diakhiri dengan kata Aamiin...

Lafaz aamiin diucapkan didalam dan diluar sholat, diluar sholat salah satunya amin diucapkan ketika mendengar doa orang lain.

Aamiin termasuk isi fiil Amr, yaitu isim yang mengandung pekerjaan. Maka para ulama jumhur mengartikannya dengan Allahummas istajib (ya Allah ijabahlah). Makna inilah yang paling kuat dibanding makna-makna lainnya seperti bahwa aamiin adalah salah satu nama dari asma Allah swt.

Membaca aamiin adalah dengan memanjangkan a (alif) dan memanjangkan min, apabila tidak demikian akan menimbulkan arti lain. Dalam Bahasa Arab, ada empat perbedaan kata “AMIN” yaitu :

1. ”AMIN” (alif dan mim sama-sama pendek), artinya AMAN, TENTRAM

2. "AAMIN” (alif panjang & mim pendek), artinya MEMINTA PERLINDUNGAN KEAMANAN

3. "AMIIN” (alif pendek & mim panjang), artinya JUJUR TERPERCAYA

4. "AAMIIN” (alif & mim sama-sama panjang), artinya YA TUHAN, KABULKANLAH DOA KAMI

Tetapi Bagaimana dengan pengucapan/Penulisan “Amien“ ??? Sebisa mungkin untuk yang satu ini (Amien) dihindari, karena Ucapan “Amien” yang lazim dilafadzkan oleh penyembah berhala (Paganisme) setelah do'a ini sesungguhnya berasal dari nama seorang Dewa Matahari Mesir Kuno: Amin-Ra (atau orang Barat menyebutnya Amun-Ra) Marilah kita biasakan menggunakan kaidah bahasa yang benar dan jangan pernah menyepelekan hal yang sebenarnya besar dianggap kecil.

Arti kesemuanya bermakna baik, tapi benar atau belum pemakaian kata-kata tersebut?

Supaya apa yang kita lafalkan benar dan sesuai dengan arti yang kita inginkan.

Semoga bermanfaat kawan, dan kita tepat menggunakannya.




Sumber : http://www.facebook.com/home.php?sk=group_220079118767&ap=1

Hal yang hilang dan tergantikan

Setelah menempuh perjalanan yang sangat melelahkan tiba-tiba dalam sekejap semuanya hilang, hilang dalam sekejap pandangan, sirna bagai matahari ditelan kegelapan, semuangya hampir tak tersisa. Kasih sayang, perhatian, senyum manis, canda serta tawa hilang sirna, tetapi semuanya pun tergantikan oleh sesuatu yang berbeda.

Wednesday, August 21, 2013

Cara membuat blog terbaru

Sebenarnya aku ini terhitung sebagai blogger baru alias dikenal dengan sebutan newbie dan sekarang aku ingin membuat sebuah postingan bagaimana membuat blog dengan cara baru yang ditujukan untuk berbagi kepada kawan-kawan.

Apasih keuntungan membuat blog?
banyak sekali keuntungan dari sebuah blog selain untuk berbagi pengetahuan kita juga bisa merogoh receh dari sebuah blog, dan juga sebagai sebuah media yang bisa digunakan untuk mengembangkan bakat menulis seseorang.

Tapi bagaimana membuat blog?  apakah membuat blog itu membutuhkan biaya? apa ada yang gratis?
membuat blog sebenarnya sangatlah mudah, tetapi menurutku tidak ada blog yang gratis, hanya penyedia situs yang menawarkannya tanpa bayar, tetapi media yang digunakan untuk membuat blog pun sebenarnya berbayar, contohnya kita pergi kewarnet tetap saja kita harus membayar hitungan jamnya, atau kita mengunakan laptop disertai modem tentu kita juga membayar perbulan untuk tagihan dari modem yang kita gunakan.

baiklah sudah cukup disini kita berbincang - bincang sekarang masuk ke inti pemmbahasan.

Cara membuat blog di blogspot (http://www.blogger.com)

Langkah - langkah membuat blog di blogspot.

1. Membuat akun E-mail di google.com

Blogger.com sudah diakusisi oleh Google jadi langkah pertama jika kita ingin membuat blog diblogspot, kita wajib membuat dan memiliki akun GMAIL yang nantinya digunakan untuk membuat blog. 

Cara membuta email di gmail
Daftar g-mail gratis dengan mengunjungi www.accounts.google.com kemudian klik pojok kanan atas Create An Account atau Buat akun Bottom berwarna merah. lalu tinggal diisi data-datanya.
setelah selesai pembuatan e-mail kita lanjjut ke-step yang kedua.

2. Daftar di Blogger.com
 
Setelah membuat e-mail di Gmail langkah selanjutnya yaitu mendaftar di Blogger, buka situs  www.blogger.com lalu masukan password anda di kata sandi e-mail yang telah anda buat sedari tadi.
kemudian klik Lanjut Keblogger.

Setelah itu 

Klik Buat Blog/Create Blog 
1. Klik blog baru
2. Isi judul blog anda
3. isikan alam/domain blog anda
4. pilih themes/tema blog yang anda sukai
5. Klik Buat Blog
 
Kemudian pilih Judul dan Alamat Blog anda

Judul digunakan sebagai penama blog, misal untuk blog ini dulu kuberi judul Blognya Ayead Tergaptek
Alamat merupakan url alamat blog yang diinginkan misal alamat rhiinie.blogspot.com
Saran Bang Bolon : dalam memilih judul dan nama blog jangan pilih yang aneh atau susah dieja maupun menggunakan simbol yang aneh-aneh. Pilih yang mudah diingat orang lain dan tidak membingungkan.

Memilih Template Blog
Ada berbagai template bawaan dari blogger yang tersedia sobat bisa memilih terserah sesuai dengan yang disuka lalu klik 'Buat Blog'
 
Dan blog siap digunakan. 
Selamat mencoba!
Ayo menulis, maka dunia akan menulismu

Saturday, August 17, 2013

Api cinta disebuah masjid

"Kebakaran.... Kebakaran.... Kebakaran..." suara masyarakat yang teredengar dari halaman depan masjid At-taqwa
"Hah...? Rumah siapa yang kebakaran?" masa ia masjid kebakaran? tanyaku dalam hati, membuatku tersadar dari lamunan sedari tadi ... Bergegas akupun mencari tahu
(terdengar suara orang berlari dengan rasa panik sambil mulutnya meneriakan kata kebakaran)
Akupun menghampiri dan menghentikan langkah orang tersebut...
"maaf pak! Memangnya rumah siapa yang kebakaran? Kedengarannya dari halaman masjid?" Tanyaku penuh dengan rasa ingin tau disertai rasa panik
"benar neng...di...di...masjid... Mas..mas..masjid at-taqwa yang kebakaran" jawab bapak itu dengan terbata-bata
"ap....ap...apa! Masjid...?" ndak salah pak?  tanyaku kembali karena rasa tidak percaya
"iya neng, yasudah ayo kita kesana" jawab bapak, kamipun berlari menuju lokasi kejadian

 --------- 
Sejak sebulan yang lalu semenjak kejadian kebakaran dimasjid At-taqwa didesaku, akupun merasa bersalah kepada seseorang yang memang menjadi penyebab kebakaran itu terjadi. Dahulu aku mempunyai seorang kekasih, ia bernama fuad. Kami melewati hari-hari dengan sangat senang dan bahagia, janji manis yang telah kami buat serta kesepakatan yang telah ditetapkan untuk masa depan seolah-olah menjadikan bumi ini milik kita berdua, kebahagiaan yang kami alami begitu dahsyat pada waktu itu sebelum semuanya musnah dengan sekatika. "Lia aku sangat mencintaimu dengan sepenuh hati sampai tak ada tempat dihatiku untuk perempuan lain" begitulah ucapan fuad yang terakhir kali kepadaku sebelum akhirnya kami berpisah

 ----------

Sore itupun tiba, ketika aku harus pindah dari desa ini. Desa yang telah mengukir pengalaman cinta terindahku bersama fuad kekasihku. Benar pepatah mengatakan "setiap ada pertemuan pasti akan ada perpisahan dan akan meninggalkan bekas kesedihan" memang benar, kesedihan yang aku dan fuad rasakan amatlah begitu dalam karena kami sudah saling mencintai dan membuat janji manis yang kelak akan kami wujudkan. Ketika matahari sudah berada dibarat dan langit mulai menggelap akupun harus pergi ketempat tinggalku yang baru, aku pindah disebabkan oleh tugas ayahku yang juga berpindah-pindah. Dari kaca mobilku, aku melihat sosok fuad yang menangis tersedu-sedu melihat kepergianku dan tak terasa akupun berlinang air mata, memang aku belum sempat berpamitan dengannya karena ayah melarangku untuk menemuinya. 

----------

 Tak terasa waktu berjalan dengan amat sangat cepat, sudah hampir satu tahun aku tinggal dirumah baruku, rasanya baru kemarin aku merasakan kesedihan yang begitu mendalam, kini akupun harua pindah lagi kerumahku yang dulu dan bertemu dengan seseorang yang sudah lama aku tunggu, memang semenjak perpisahan itu kami tidak lagi berhubungan baik lewat telepon atau surat. Tetapi ketika aku sampai dirumahku yang dulu, ayah dan ibuku diam-diam telah menjodohkanku dengan teman baik mereka didesa ini, seorang anak lurah yang lumayan tampan dan baik. Ketika orang tuaku mengabarkan hal itu kepadaku aku hanya terdiam mendengarnya, akupun memberitahukan bahwa telah ada seseorang yang telah mengisi hatinya yaitu fuad, orang tuaku pun setuju untuk melihat seseorang yang menjadi pilihan putrinya. Tetapi entah kemana fuad semenjak aku tinggalkan desa ini dia juga menghilang entah kemana begitu ungkapan salah seorang warga.

 ---------

Hari pernikahan itupun tiba, akhirnya akupun menerima penjodohan antara aku dan anak teman baik ayahku itu. Sebab aku terima hal itu karena aku tak bisa menolak keinginan kedua orang tuaku yang selama ini membesarkan dan merawatku untuk segera menikah ditambah fuad yang tak tau kemana ia pergi menghilang. Pagi itu dimasjid At-taqwa acara pernikahanpun dimulai serta kalimat sakral telah diucapkan oleh suamiku kamipun resmi menjadi sepasang suami isteri. Setelah beberapa bulan menikah keluarga kamipun bahagia setelah mengetahui bahwa diriku positif hamil. Mungkin kebahagiaan yang kini aku rasakan bersama suamiku akibat aku ikhlas menerima keinginan kedua orang tuaku.

 ---------


Benar saja masjid yang dulu menjadi tempat mengucapkan kalimat sakral oleh suamiku itu terbakar, dan tanpa diduga ada seseorang yang membakar masjid itu yang tak kusangka orang itu adalah fuad, memang ketika fuad kembali lagi kedesa ini kondisi kesehatan dia terganggu terutama pola pikirnya dan setelah mengetahui diriku kembali kedesa ini lalu menikah dengan orang lain ia melakukan tindakan yang diluar kesadarannya. Sampai akhirnya fuad pun dibawa kerumah sakit jiwa. Maafkan aku fuad...

Google edisi kemerdekaan RI 68

Merdeka indonesia...!!! Merdekaaa... Ingin rasanya berteriak sekeras - kerasnya seperti pahlawan yang memperjuangkan indonesia dulu meneriakan kalimat "Kemerdekaan".
68 tahun sudah indonesia merdeka semoga semakin bertambah jaya. Semoga semua masalah dinegeri ini satu persatu dapat terselesaikan karena tidak ada masalah yang tak bisa diselesaikan.
Apa yang sudah engkau beri kepada ibu pertiwi? Ibu pertiwi yang sudah kau singgahi, apakah engaku sudah memberikan sesuatu yang terbaik dinegeri zamrud khatulistiwa ini?
Memang kita belum melakukan apa-apa terhadap negeri zamrud khatulistiwa tercinta. Namun janganlah engkau hina! Janganlah engkau benci dia! Bukan salah dia jika terjadi sebuah masalah entah itu korupsi, atau lainnya. Tetapi salahkan segelintir orang yang menyalahi peraturan undang-undang.
Ayo kawan mari bangun indonesia agar lebih maju, cukup sudah engkau hina negeri zamrud khatulistiwa, buktikan pada dunia bahwa kita bisa! Semua itu cukup memulainya dari diri sendiri, dengan berkontribusi kepada negara!

Google saja menghadirkan logo edisi kemerdekaan RI 68 sebagai bukti rasa hormat kepada indonesia. Lalu kita? Apa yang kita haturkan untuk NKRI?

Friday, August 16, 2013

Strategic thinker

"Ketenangan adalah cara menghemat energi.
Perenungan adalah cara menyerap energi.
Memberi adalah cara menyalurkan energi."
(Annis Matta)
Sebuah strategi adalah kemampuan mengelola kondisi apa pun untuk menjadi peluang dan jalan-jalan penuh kemenangan, berpestrasi ditengah keterbatasan untuk melahirkan kemelimpahan. Kreatif, berfikir baru, dengan cara berbeda, unik, menarik, tak mudah dibaca.
Kita kalah oleh masalah bukan karena tidak punya kemampuan untuk bertahan, namun karena tidak nemiliki daya kelola terhadap kemampuan itu sendiri.
Didalam hidup ini dibutuhkan strategi untuk menangani apapun, misalnya didunia pendidikan dikenal " istilah strategi lulus ujian nasional" bagi mereka yang mau melaksanakan ujian, "strategi lulus sbmptn" bagi mereka yang ingin masuk perguruan tinggi negeri, dan lain-lain. Sangat banyak sekali (bejibun) buku-buku yang memberikan strategi-strategi tersebut. Oleh karena itu, sebuah pemikiran yang strategis atau yang dikenal dalam bahasa jerman yaitu "strategischer Denker"  sangat mutlak diperlukan.

Thursday, August 15, 2013

Spiritualitas Komitmen

Apakah anda pernah membuat sebuah komitmen didalam hidup anda? Apakah komitmen itu tetap tejaga dengan baik dan tidak goyah? Seberapa lama komitmen tersebut bertahan dalam diri anda? ...
Jawabannya tergantung pada diri anda sendiri.
Memang menjaga suatu komitmen dalam hidup kita sangatlah berat, cobaan yang terus menghadang didepan terus saja menentang apa yang selama ini kita teguhkan. Kenapa hal itu bisa terjadi? Jawabannya karena manusia memiliki hawa nafsu serta rayuan iblis yang amat sangat puitis menggoda dan terus menggoda.
Tetapi harus diingat bahwa sepenuhnya kita harus menjaga komitem yang telah kita buat, ini menentukan hidup kita dimasa depan kelak. Jika kita tak berhasil menjaga sesuatu yang paling sakral didalam hidup kita bagaimana diri kita kedepan.
"kalau kau meyakini sesuatu, pertahankanlah itu. Janganlah goyah. Hormatilah komitmenmu. Kalau kau berutang pada orang lain, bayarlah. Jika tidak punya cukup uang untuk membayar mereka sekarang, buatlah jadwal untuk membayarnya nanti" (ibunda azim premzi).
Memulai, bukan menuntut
Penuhi janji fan keeajiban anda
Laksanakan visi anda
Lakukan apa yang memang harus dilakukan.
Itulah tutur dari salah satu buku yang saya baca.
Mari jaga komtimen kita agar senantiasa terlaksana, sebuah komitmen salah satu dari intangible power (kekuatan yang tersembunyi) untuk meraih mimpi.
Semoga saya dan anda tetap selalu diberikan lindungan dan kekuatan untuk senantiasa menjaganya.
Komitmen untuk menang!

Wednesday, August 14, 2013

Garuda disore hari

Setiap sore dipelataran asrama pasti selalu terngiang bunyi yel-yel andalan para personil Garuda mereka adalah pasukan khusus PRAMUKA disekolahku, bagi mereka yang terbiasa mendengarkan mungkin terasa membosankan tetapi mereka tetap semangat walau caci maki sering kali didapati. seperti biasa yel-yel yang mereka nyanyikan dengan penuh semangat, suara yang lantang seperti petir menggelegar

"Cahaya bulan menerangi aku....

Cahaya bintang menerangi aku...

begitulah penggalan bunyinya sebenarnya masih panjang, walau terkadang ku bosan mendengarnya, tetapi beberapa setelah aku lulus dari sekolah itu rasa rindu membara tiada tara ada didalam hati.
Para personil Garuda yang ikhlas berlatih demi mengangkat nama sekolah yang selama ini membina kami. Dan terbukti hasilnya.

Kawan Selamat HARI PRAMUKA 14 AGUSTUS.

Tuesday, August 13, 2013

Cara mendaftarkan blog ke 50 Search Engine sekaligus

Kali ini saya mau berbagi kepada kalian semua tentang bagaimana cara mendaftarkna blog anda ke 50 Search Engine sekalligus, tentu itu sebagai suatu kewajiban para blogger agar traffik pengunjung meningkat, tetapi bukan sebuah jaminan jikalau blog anda tampil dihalaman depan hasilpencarian. Submite atau mendaftarkan blog kita kesearch engine bertujuan agar blog kita ditambahkan kedalam indeksnya.

Bagaimana cara Submite ke 50 Search Engine sekaligus?
Memang susah blog kita untuk tampil dihalaman depan dihasil pencarian, sudah repot submite blog ke beberapa search engine masih belum ada jaminan. apakah kalian masih mau mencobanya mendaftarkan ke 50 search engine sekaligus?

Kalau jawabannya adalah 'YES'!
Mari simak tutorial dibawah ini...

1. Pertama-tama kita membuka situs Free Web Submission bisa kalian Klik disini : http://freewebsubmission.com/ 
2 Pada halaman freewebsubmission akan terbuka ditab baru, scroll halaman kebawah sampai anda melihat form seperti ini:
3. Isi kotak Website URL dengan URL blog anda contoh ; http://kitabatihaazim.blogspot.com
4. Isi kotak name dengan Nama anda. Contoh ; Aldi Kosasi
5. Isi E-mail Address dengan alamat e-mail anda. e-mail yang anda masukan harus e-mail yang masih aktif karena 'feeb web submission' aka mengirimkan sejenis pemberitahuan mengenai verifikasi data.
6. Kemudian beri tanda cheklist dikotak kecil disamping tulisan 'I have read and agree to the terms'.
7. Klik tombol 'Submit Your Site'
8. Anda akan melihat keterangan bahwa Link verifikasi telah dikirimkan ke alamat e-mail yang anda masukan tadi.
9. Tutup halaman free web submission lalu masuk ke akun email anda, nah akan ada kotak masuk yang telah dikirimkan oleh free web submission jika tidak ada periksa difolder spam atau junk.
10.  Klik tautan atau Link yang dikirimkan oleh free web submission.
11. Halaman free web mission akan terbuka ditab baru kemudian anda akan melihat tampilan halamannya, disitu terdapat kata "submite your site"
12. Klik 'Submite Your Site' tersebut 

Pada halaman berikutnya anda akan melihat sebuah tampilan yang menyatakan sukses atau tidaknya submite ke 50 search engine sekaligus seperti gambar dibawah ini;
cara mendaftarkan blog ke search engine, cara submite blog, submite blog ke google, daftar blog ke yahoo, mendaftarkan blog ke bing, cara mendafatarkan blog ke semua mesin pencari
Jika anda melihat tulisan Click to complete berarti belum sukses didaftarkan (biasanya search engine yang seperti itu membutuhkan sign up seperti GOOGLE dan BING) maka untuk mensukseskan pendaftaran klik tulisan 'Click to Complete'. sebaiknya anda rajin - rajin membuka alamat e-mail yang telah anda daftarkan sebelumnya di free web submission untuk melakukan verifikasi.

Oke bro and sis semoga Tips kali ini bermanfaat!
Selamat mencoba!

Derita Putri

    Sore hari itu ditengah keramaian kota Megapolitan Jakarta, gadis kecil nan mungil dengan beberapa koran ditangannya masih sibuk berjalan kesana kemari berharap masih ada seorang pembeli yang berbaik hati untuk membeli korannya, sebenarnya koran yang ia jajakan sejak pagi tadi tetapi belum habis terjual entah mengapa? biasanya sebelum waktu sore tiba koran telah habis tiada tetapi apa daya demi membantu perekonomian keluarga ia pun rela mengorbankan waktunya mencari uang dan menjadi tulang punggung keluarga, diumurnya yang masih anak-anak yang sebenarnya masih harus duduk dibangku sekolah untuk mengenyam pendidikan, namun semenjak ayahnya pergi mengahadap sang ilahai dan ibunya sakit-sakitan maka ia pun rela harus membanting tulang untuk mencari uang.

"koran!" teriak seorang bapak paruh baya memanggilnya dari dalam mobil mewah

"iya pak, ini korannya" menyerahkan koran disertai seulas senyum yang merekah nan indah

"namamu siapa dik" tanya bapak itu sambil menyerahkan uang.

"ama saya Putri pak, ini kembaliannya pak" jawab anak itu

"ambil saja kembaliannya dik" ujar bapak tersebut, mungkin karena rasa iba bapak itu melihat gadis mungil yang menjual koran.

"terima kasih pak" ujar putri sambil tersenyum manis

     Mobil itu kemudian melaju dengan kencang dan langsung menghilang dari pandangan sigadis mungil itu.

"Alhamdulillah" sudah laku satu koran lagi, gumam Putri didalam hatinya sambil mengeluarkan senyum manis atas rasa syukurnya.

#####

       "Uhuk....uhuk....uhuk.... terdengar suara batuk dari ruang dapur, tampak sesosok perempuan yang sudah mulai renta, tangan yang mulai keriput, rambut yang memutih tak menjadi hambatan bagi dirinya untuk tetap menjadi sesosok ibu yang baik untuk anaknya, wanita tersebut bernama Ayu yang biasa disebut ibu oleh Putri.

     Memang sejak ayahnya Putri yaitu Ilham meninggal sekaligus suami dari Ayu, hidup mereka serba kekurangan dan terpaksa putri yang mencari uang, untuk kehidupan ia dan ibunya serta adiknya yang masih berumur tiga tahun.

#####

"bu... putri pergi dulu yah? mau jualan koran lagi" suara putri yang memberitahukan ibunya

"tapi inikan masih pagi nak? apa kamu ndak makan dulu? uhuk... uhuk... uhuk..." sahut ibu sambil terbatuk-batuk

"tak apa bu, nanti saja putri makannya" sambil berlari keluar pintu rumahnya (rumah yang sangat sederhana, beralaskan tanah dan berdinding bambu)

"yasudah nak hati-hati" nasihat ibu untuk Putri


       Seperti biasa Putri menjalankan rutinitasnya sebagai penjual koran, pagi-pagi ia harus berangkat menjajakan korannya dijalanan, terkadang jika koran yang ia jajakan habis sebelum sore hari iapun langsung pulang untuk mengganti pekerjaan yang lain yaitu membantu ibunya.
Kondisi ibu Ayu pun semakin lama bertambah makin parah karena tidak kunjung dibawa kerumah sakit hanya menghandalkan obat warung yang mudah didapat dan harganya pun yang murah, jikalau pergi kedokter biaya dari mana? jangankan untuk pergi kedokter, makan dengan nasi tanpa lauk sudah sangat beruntung.
     Hari-hari Putri pun ia lalui dengan penuh kesedihan, ketika ia melihat sesosok malaikat yang bernama ibu hanya bisa terbaring lemah, tak rela sebenarnya jikalau ia meninggalkan ibunya dirumah sendiri karena terpaksa Putri membawa adiknya berjualan koran karena jikalau adiknya dirumah takut merepotkan ibunya yang sedang sakit.

     Puncak kesedihan pun hadir dikala sosok malaikat yang selama ini menyayanginya itu pergi untuk selama-lamanya rasa sedih yang mencapai puncaknya membuat Putri semakin menderita. kini ia pun hidup berdua dengan adiknya.

#####

Hal itu dimulai dari melihat

           Ketika kududuk dibangku SMA tanpa disengaja Aku memperhatikan orang lain, tanpa kusadari kumulai berempati kepada orang itu, hingga akhirnya apa yang ia biasa lakukan setiap hari akupun mengikutinya di dalam kehidupanku dan mencoba menerapkannya dalam keseharianku mungkin karena rasa kagum akan dirinya.
             Dan hal itu berlangsung terlalu lama hingga pada waktunya kesadaran untuk menjadi diri sendiri memang mutlak diperlukan karena aku bukan dia dan dia bukan aku, kita berdua memang dari satu jenis yang sama yaitu manusia tetapi semua yang ada pada diri aku berbeda dengan apa yang ada pada dirinya... 
              Karena aku dan dia memiliki kehidupan yang berbeda, disitulah kesadaran untuk menjadi diri sendiri muncul, mencoba menampakannya pada orang lain agar terbiasa menunjukannya bahwa inilah aku, inilah diriku, inilah hidupku.
             Memang seringkali kita meniru orang lain atas apa saja yang menurut kita bisa membuat senang dan hal itu dimulai dengan melihat, melihat disekeliling kehidupan. Mata adalah sesuatu yang berharga yang dikaruniakan tuhan kepada kita, kita bisa melihat apa saja yang kita inginkan tetapi apakah kita menggunakan dengan seenaknnya saja? tanpa memikirkan bahwa mata kita hanya titipan sang ilahi rabbi dan kelak pasti akan diminta pertanggung jawaban olehnya, apakah kita sudah menggunakannya secara benar dan bijak? apakah kalian sadar? bahwa sesungguhnya kita diamanati oleh ilahi untuk menjaga semua titipannya? tapi begitulah seringkali kita lupa.
Dimulai dari melihat, kita bisa merasakan apa yang orang lain rasakan, kita bisa memandang keindahan pohon yang rindang.
Hal itu dimulai dari melihat.

Monday, August 12, 2013

Resensi Buku - Berjuang ditanah rantau

Judul     : Berjuang ditanah rantau
Penulis  : Ahmad Fuadi, dkk
Penerbit : Bentang Pustaka
Cetakan : Juli 2013
Tebal     : 186 halaman + xviii
Harga    : Rp. 39.000,00

         Berjuang ditanah rantau, merupakan salah satu buku "Man Jadda Wa Jada Series" yang telah terbit, ditulis oleh Ahmad Fuadi yang sebelumnya sukses menulis buku "Negeri 5 Menara" beserta dengan kawan-kawannya. apakah buku "Man Jadda Wajada Series" kali ini akan menyaingi kesuksesan buku yang lainnya seperti "Berjalan Menembus Batas"? ada baiknya kita lihat dulu resensinya. resensi yang ditulis berikut tidak mutlak harus diterima oleh semua kalangan melainkan sebagai acuan untuk para prmbaca dan juga sarana pembelajaran didunia tulis menulis.

            Buku ini didalamnnya berisi beberapa kisah yang latar belakangnya diambil oleh mereka yang sedang menapaki hidup dalam perantauan. Kisah-kisah yanng dituangkann dalam buku ini adalah sebuah rekam jejak tentang keberanian dan tekad. Mereka melupakan rasa nyaman dan pergi meraih impian, Mulai dari Buruh Migran Indonesia (BMI), Peneliti di Mongolia, hingga para pengejar beasiswa di Italia, Jepang, dan London. Cita-cita mereka genggampun akhirnya berbuah manis.
Kekuatan nyata dari sihir kata "Man Jadda Wa Jada" seolah membius siapa saja yang membacanya, merubah semua kehidupan mereka, tidak ada kata menyerah walau badan terasa lelah, tak ada kata terlambat selagi masih sempat.

           Didalam buku ini para penulis mencoba menguraikan arti dari sebuah perjalanan diperantauan, karena merantau adalah perjalanan untuk mencari "rumah kedua" atau justru menemukan rumah yang sesungguhnya. Keinginan membuncah antara memperbaiki kehidupan, memperoleh pengalaman baru atau justru mencoba lari dari rutinitas sehari - hari menjadi keunggulan tersendiri, cocok bagi mereka yang ingin menyuplai energi positif untuk meraih prestasi yang produktif.

Sunday, August 11, 2013

Berjuang ditanah rantau

Judul content kali ini sama seperti salah satu buku yang baru rilis bulan juli 2013 kemarin yaitu "berjuang ditanah rantau" karya A. Fuadi, dkk dalam ' man jadda wajada' series, buku yang menyuplai energi kedalam jiwaku untuk tetap belajar, berusaha, dan bersungguh-sungguh terhadap apa yang kita inginkan serta tetap diiringi dengan doa.
Mengapa ada kesamaan? Karena dari situlah keinginan untuk belajar, belajar, dan terus belajar tumbuh.
Ada kutipan yang bagus dari syair imam syafi'i yang ditulis kira-kira 13 abad yang lalu tentang perantauan, yang berbunyi;
"Merantaulah. Gapailah setinggi-tingginya impianmu"
" Berpegianlah. Maka ada lima keutamaan untukmu, 
Melipur duka dan mulai penghidupan baru
Memperkaya budi, pergaulan yang terpuji, serta meluaskan ilmu".
Hidup diperantauan memang memberikan hak cipta tersendiri bagi siapa yang menjalaninya, hak cipta bagaimana dia menentukan kehidupan dirinya sendiri, akankah dia akan menjadi sosok yang terhormat? Atau sebaliknya? Lebih kepada bagaimana kita mengusahakannya. Diperantauan memang tak semudah dengan apa yang kita fikirkan, beradaptasi dengan lingkungan yang baru seakan kita adalah makhluk asing yang baru menginjkkan kaki diwilayah lain dengan kehidupan serba baru, dan juga harus meninggalkan kerabat serta apa-apa yang telah kita miliki, tetapi jangan khawatir kita akan mendapatkan pengganti atas itu semua.
Bukan kah panutan kita mengajarkan demikian?
Jadi tak usah takut untuk merantau! Karena pada hakikatnya kalian adalah seorang yang sedang berada diperjalanan.

Saturday, August 10, 2013

Setitik Cahaya dari teman tercinta

Sengaja aku posting beberapa cerpen yang dibuat oleh beberapa temanku dulu dalam label Glorikologi karena mengingatkan diriku betapa perlu usaha keras untuk mewujudkan sesuatu yang belum pernah tercipta sebelumnya,  biarlah cerpen - cerpen tersebut ada dalam blog ini karena berkat itu setitik cahaya datang kedalam jiwa ragaku.

"Yang bisa dilakukan oleh mahluk yang bernama manusia terhadap mimpi - mimpinya, mereka hanya tinggal mempercayainya".

Cerpen - cerpen tersebut mengisahkan bahwa kita harus meyakini dan mempercayai akan mimpi dimasa depan kita. karena dengan keyakinan dan kepercayaan serta usaha insya allah akan terwujud "man jadda wa jada", itulah kata - kata super sakti yang diajarkan kepadaku dulu. Dengan kesungguhan, kepercayaan, serta diiringi doa disetiap langkahnya, semua akan terlaksana.

Semua cerpen glorikologi bisa kalian download di link berikut:
Semoga bermanfaat!

Petuah Pak Kiyai


Ditulis Oleh: SAVRAN BILLAHI

Sang surya masih tertidur pulas, belum mau bangkit dari tempatnya. Namun, suara weker terdengar mengetuk-ngetuk  telinga untuk sadar dalam mimpi. Telingaku pun otomatis mengirimkan rangsangan kepada otak untuk bangun dari pulasku. Terlihat samar jarum jam menunjukkan waktu dini hari. Aku pun bangun dari pulasku.
                Suasana kamar terlihat seperti biasanya, begitu tenang dan berbau keilmuan dengan tumpukan buku yang menemani dengan penuh kesabaran. Aku pun beranjak dari diam, berjalan membuka tirai jendela. Subhanallah, ungkapan yang selalu kuucupkan tiap kali membuka tirai jendela. Bagaimana tidak, suasana kota Paris yang terkenal dengan the city of lights selalu meronta-ronta mengeluarkan cahaya dari segala sudutnya, meminta pujian dan takjub kepada insan yang melihatnya. Kilauan lampu-lampu mencurahkan warna yang agung bagai kilauan emas menyapa dengan keramahan suasana kota biru yang membahana ini.
                Di tengah kilauan cahaya tersebut menjulang tinggi, berdiri melangit sebuah menara dengan sanggahan empat kaki, merefleksikan sebuah raksasa yang berdiri dengan penuh wibawa. Ya, menara itu adalah menara Eiffel, ikon negara paling romantis di jagat ini.
                Paris menurutku merupakan kota terseksi sedunia, ia cantik sekaligus merangsang syahwat semua insan untuk datang kepadanya, membuka rasa penasaran akan kemolekannya, menawarkan bangunan-bangunan eksklusif sebagai bagian dari tubuhnya serta kecupan indah pengalaman yang didapat darinya. Paris memang kota mewah penuh cita rasa.
                Terharu rasanya, kalau aku mengingat memori delapan belas tahun yang lalu. Tak mungkin rasanya aku dapat merasakan suasana indah mempesona ini, apalagi menikmatinya bersama istriku tercinta, Nurul Fatih serta kedua anakku, Wahyu dan Diba. Kalau bukan berkat prestasi yang ku raih karena dukungan kawan-kawanku di ladang hijau pengetahuan, tak mungkin kaki ini dapat menginjak tanah yang penuh dengan ilmu yang ku minati, sejarah.
                Memang benar petuah guruku dulu, bahwa seseorang terangkat derajatnya oleh pengorbanan yang dilakukan bukan dengan sekedar keinginan. Nasehat itu membuatku untuk berjuang lebih keras dan tekun dalam menghadapi segala macam problematika kehidupan, baik di Indonesia maupun di negeri seberang.
                “Pa…pa…” panggilan istriku terdengar jelas di telinga, suaranya agak sayup menunjukkan ia baru sadar dari tidurnya.
                “Ya, mah” sahutku sambil menikmati suasana indah kota Paris.
                “Sudah tahajud pa?” tanya istriku.
                Sambil geleng-geleng kepala aku menjawab, “belum mah”
                “Oh, yuk kita shalat!” ajak istriku.
                Aku langsung bergegas menuju kamar mandi untuk berwudhu dan menunaikan panggilan Allah bersama istriku. Sembari berwudhu, istriku menyiapkan dan memasang sajadah di tengah kamar. Setelah segala sesuatunya selesai, kami pun langsung menunaikan shalat.
                Tahajud memang menjadi kebiasaan kami yang telah mendarah daging. Apalagi diriku, tiga tahun di pesantren membuatku sadar betapa pentingnya tahajud. Nurul, istriku pun melazimkannya dan seiring berjalannya waktu, ia pun mengikuti. Inilah keluarga kami, berusaha untuk mensyukuri nikmat-nikmat-Nya dengan selalu menambah kedekatan kepada-Nya. Setelah tahajud, aku mencium tangan kanan istriku dengan penuh rasa cinta dan ia pun membalasnya dengan kecupan rasa sayang seorang istri.
                “Mah, tolong ambilkan foto itu!” pintaku sambil menunjuk foto wisudaku delapan belas tahun lalu.
                “Oh ya yah, ini” jawabnya sambil memberikan foto tersebut.
                Aku pun mengambilnya, menatapnya dan tiba-tiba  pikiranku melayang, menerobos masuk ke lorong waktu, mengingat memori-memori yang tersimpan di balik foto itu.
                “Kapan ya mah, papa bisa berkumpul bersama mereka lagi?” tanyaku melihat foto itu.
                “Kangen ya pa? mungkin sebentar lagi kalau Allah mengizinkan” jawab istriku menghibur.
                “Aamiin mah, papa rindu mereka sekali, padahal dulu papa ingin cepat-cepat keluar dari pesantren. Tapi sekarang, papa kangen sekali suasana di sana. Lucu, kalau papa ingat memori dulu di pesantren, makan bersama, keceng-kecengan bareng teman. Ada yang dipanggil Syadam ‘Bon’, Asep ‘Ceper’, ‘Obama Sufi’, Aji ‘Luber’, Usuludin dan lainnya. Tidak bisa disangka, papa bisa menjadi seperti ini” kenangku.
                “Begitulah pa, ada dimana saatnya kita kesal dan ada kalanya kita rindu. Itulah Allah, Yang Maha membolak-balikan hati” kata istriku menenangkan.
                “Tapi papa bersyukur sekali bisa mengenyam pendidikan di sana. Papa bisa menemukan guru-guru hebat yang selalu memberikan papa dan kawan-kawan falsafah hidup. Berkat itu, papa bisa menjadi seperti ini”.
                Obrolan antara suami-istri itu pun sejenak terhenti, ketika aku melihat waktu akan masuk waktu subuh.
                “Mah, dzikir dulu ya, obrolannya dilanjutkan nanti”. Pintaku mengakhiri pembicaraan.
∞∞∞
Pangkat, 12 September 2011
Lomba Karya Tuis Ilmiah Remaja Tingkat SMA Nasional
Topik                                 : Hubungan Internasional Indonesia-Maroko
Pengumpulan Naskah      : 30 November 2011
Pengumuman Pemenang : 5 Desember 2011
Persentasi                        : 11-12 Januari 2012
Tempat                             : Kedutaan Besar Maroko
Hadiah                            : Wisata pendidikan ke Maroko satu bulan

                Tersontak aku melihat pengumuman itu, apalagi melihat iming-iming hadiahnya. Timbul keinginan untuk mengikuti perlombaan tulis tersebut. Apalagi lomba ini sesuai dengan kemampuanku, dunia tulis-menulis. Tiba-tiba aku melamun, membayangkan nanti mendapat hadiah tersebut, terbang menuju Maroko, salah satu negara yang memiliki banyak situs sejarah.
                Teeeeett….
                Bunyi jaros menyadarkan lamunanku. Aku baru sadar bahwa aku masih di pesantren. Aku pun langsung menon-aktifkan laptop dan merapikannya kembali. Dengan cepat aku berlari untuk mengembalikan laptop ke LC (Laptop Center). Aku berharap laptopku tidak disita oleh ustadz Asep, sang penjaga LC. Tapi aku ragu, waktu sudah lewat dari pukul lima sore. Dengan tergesa-gesa aku terus berlari seperti pedagang kaki lima dikejar Satpol PP. Benar saja, sesampainya di sana laptopku diamankan dalam seminggu. Terpaksa aku pasrah.
                Malamnya, aku menghubungi orangtuaku, mengabarkan bahwa aku tertarik untuk mengikuti lomba tulis itu. Namun, ketika aku memberitahukan meraka, tidak ada tanggapan yang berarti kecuali perkataan “ikuti saja”. Tak ada komentar, motivasi atau arahan yang ku terima. Aku hanya bisa positive thinking bahwa orangtuaku sedang mengantuk, tidak bergairah untuk menerima kabarku.
                Terpaksa aku mencari informasi sendiri. Mencari buku di perpustakaan, tanya sana-sini, menggali informasi dari para ustadzku, begadang sampai larut malam, mengobarkankan jam pelajaran demi merangkai kata sampai ketiduran di mimbar masjid. Nyamuk dan baqatun pun menjadi teman setiaku setiap malam.
                Teman-temanku sampai berkata, “sok sibuk banget si Ifan”. Jadilah, aku katakan kepada mereka dengan penuh rasa percaya diri bahwa aku akan menginjakkan kaki di negeri seberang sana. Entah, mengapa aku hanya bisa menunjuk jauh, tanpa mengatakan “Maroko”, negara yang dijadikan hadiah perlombaan tersebut. Itu menunjukkan bahwa aku belum yakin, tapi dari situ aku meningkatkan usaha dan keyakinanku untuk membuktikan bahwa aku bukan seorang pembual.
                Mimpi seperti itu tentu dirasa sangat mustahil sebab aku merasa diriku hanya seorang santri yang masih hijau yang berani diam-diam menggapai dunia. Dan itu benar, sampai tanggal 30 November 2011 aku belum mengumpulkan naskah. Berakhirlah impianku kali ini. Terlilitlah perasaan kesal dan kecewa di hatiku. Aku langsung menghibur diri dengan membaca buku “Filsafat Hidup K.H. Ahmad Rifa’I Arief”. Aku merinding membacanya, banyak petuah hidup yang bisa diamalkan. Sampai pada halaman tujuh puluh, aku mebaca petuah pak kyai tentang cara mendapatkan kesuksesannya, kurang lebih seperti ini: Kibarkan terus semangat belajarmu Nak, berjalan terus sampai ke batas, berlayarlah sampai ke pulau. Tak ada lautan yang tak bisa diseberangi. Tak ada daratan yang tak bisa dilalui. Bila tekad tetap terpatri, bila semangat juang tetap dimiliki, kemenangan pasti menjadi kenyataan.
                Deg, aku tersontak membaca tulisan itu, apalagi pada kalimat, “tekad yang terpatri” dan “kemenangan pasti menjadi kenyataan”. Aku tiba-tiba seperti terdoktrin oleh kalimat tersebut. Petuah ini menurutku mengisyaratkan bukti dari sebab-akibat. Petuah yang rasanya langsung menyihir kebulatan hatiku dan menyindir tekadku yang masih lemah. Ya, kemenangan adalah akibat dari adanya tekad yang kuat. Hal tersebut adalah suatu yang pasti.
                Aku langsung merenung, mengkaji kembali petuah pak kyai tersebut. Membacanya berulang-ulang sampai akhirnya aku menyimpulkan bahwa kegagalanku kali ini adalah akibat dari lemahnya tekadku. Mimpi akan hanya menjadi mimpi jika tidak direalasasikan dengan perbuatan dan usaha yang mantap. Tetapi di perenungan itu, datang setan menggoda, “itu bukan masalah tekadmu, itu karena kamu tinggal di pesantren”. Aku langsung membuang bisikan itu. Aku pikir fasilitas tidak akan mampu menghalangi tekad yang kuat. Setelah itu pun aku berjanji pada diriku sendiri, bahwa jika ada kesempatan yang kedua, aku tidak akan membuangnya. Itulah tekadku. Aku pun melanjutkan bacaanku sampai akhirnya terbawa ke alam lain.
∞∞∞
                “Fan…Fan…” terdengar suara samar memanggilku.
                “Ada apaan sih?” ucapku tersadar bahwa aku ketiduran membaca buku.
                “Mudif tuh, orangtuamu menunggu di saung”
                “Ha… mudif?” tanyaku kaget, maklum uangku sudah kembang-kempis.
                “Iya, bangun makanya”
                “Iya… iya… makasih” ucapku terkantuk.
                Aku bergegas mencuci muka ke kamar mandi dan mengganti pakaianku yang masih terlihat lusuh. Sudah lama aku tidak mudif. Sebelumnya, mereka hanya mampir dari Pandeglang. Itu pun hanya memberi kabar, dus air dan uang. Setelah itu, kembali ke rumah. Berbeda dengan setahun yang lalu, mereka terlihat lebih memanjakanku. Mungkin pada umurku yang ke-16 ini mereka sudah menganggapku dewasa, tak perlu lagi manjaan yang berlebihan.
                Aku sangat mengenal watak kedua orangtuaku, ibuku keturunan Sunda dan ayahku keturunan Jawa-Madura. Maka wajar bila aku mendapatkan dua pendidikan yang berbeda, halus dan keras. Ketika aku sedang keras kepala, itulah tugas ibuku untuk melemahkan dan ketika aku berada di zona yang lemah, itulah tugas ayahku untuk memotivasi. Aku rasa diriku sedang berada di zona yang kedua. Aku butuh ayahku. Untunglah meraka datang hari ini, aku dapat menceritakan segala hal yang tertimpa padaku, khususnya kejadian kemarin.
                Sampai akhirnya aku menemui mereka dan bercerita segalanya sembari mengunyah nasi dan lalapan yang dibawa dari rumah. Di ujung cerita, ayah memberikanku selembaran berwarna yang ternyata merupakan brosur perlombaan karya tulis ilmiah tingkat SMA nasional. Aku sangat senang menerimanya. Ini membuktikan bahwa orangtuaku masih memberikan perhatian pada anaknya. “Untuk kali ini ayah siap membimbing” kata ayahku penuh wibawa. Hati yang tadi seperti ladang kering seakan tersiram oleh hujan yang menumbuhkan bunga-bunga yang penuh kesejukan.
                Aku melihat brosur itu dengan teliti, tertulis jelas, “Tema: Membangun Peradaban Indonesia”. Terdapat delapan topik yang tertera dan aku memilih topik tentang demokrasi dan nasionalisme, sesuai dengan kompetensiku di bidang ilmu sosial.
                Dimulailah kembali perjuanganku, perjuangan part 2. Kali ini aku benar-benar membulatkan tekad. Mimpi harus dikejar dengan usaha. Menurut kabar dari ayahku, lomba ini cukup ketat karena pesertanya banyak berasal dari sekolah favorit. Aku tak boleh kalah, aku harus mengharumkan nama almamaterku, Daar el Qolam 3. Kali ini pula aku tak boleh buta dengan bayang-bayang hadiah, karena aku sadar bahwa itu adalah api yang membakar mimpi.
                Melihat ketatnya iklim persaingan, aku harus cerdas membagi waktuku, tidak ada alasan untuk berdiam diri dan kalah. Aku bukan keledai bodoh yang jatuh pada lubang yang sama. Aku akan menggunakan otakku lebih keras dari biasanya serta tangan yang lebih banyak bergerak daripada biasanya.
                Setiap hari aku mencari bahan, siang dan malam ku tantang hingga aku terserang tipus karena kelelahan dan keadaan ini memungkinkanku untuk pulang. Ini adalah sesuatu yang tidak aku inginkan. Padahal seminggu ke depan memasuki masa ujian. Keadaan ini memaksaku untuk memahami pelajaran serta mencari bahan sebagai bumbu tulisan dalam keadaan yang tidak seperti biasanya. Tapi dalam momen ini, aku harus memanfaatkannya untuk bertanya lebih kepada ayahku, karena aku kira ia sangat berkompeten dalam bidang tulis-menulis. Jujur, sampai sekarang aku belum dapat mengerucutkan topik tulisan, topikku masih sangat global.
                Aku perlu diskusi dengan ayahku, karena sekarang hanya ia yang bisa ku tanya. Tapi sayang, akhir-akhir ini ditumpukkan banyak pekerjaan. Ia selalu pulang ba’da isya dan langsung istirahat, tidak enak hati aku mendekatinya. Sampai datang waktu itu, ketika aku harus kontrol ke dokter untuk kedua kalinya.
                Kali ini ayahku bersedia untuk mengantarkanku, “ini kesempatanku”, bisikku dalam hati. Memang benar, di tengah perjalanan kami mengobrol banyak tentang lomba tulisku. Hal yang paling sering ku tanyai adalah mengenai pengerucutan topik. Awalnya aku merasa bingung , karena ayah hanya menyarankanku untuk mencari bahan tulisan dari lingkungan sekitar. Tapi di tengah kebingungan itu, ayahku memberikan saran keduanya, “coba kaitkan topik dengan pelajaran di pesantren saja” gumamnya memberi nasehat. Dari situ sedikit cahaya pun masuk ke akalku.
                “Fiqih” jawabku semangat.
                “Terlalu melebar” kata ayahku menyanggah.
                “Mahfudhat” ucapku lagi.
                “Ehm… boleh. Tapi terlalu datar” sanggahnya lagi.
                Aku pun terus memutar otak, mengingat pelajaran-pelajaran di pesantren. Sampai muncul bayangan ustadz Fahmi, guru muthala’ahku.
                “Nah itu bisa, coba Ifan hubungkan cerita-cerita dalam muthala’ah dengan nilai-nilai demokrasi. Kan, banyak cerita inspiratif di sana. Mungkin itu bisa dicoba” saran ayah. Ia juga seorang santri tiga puluh tahun lalu, maka ia mafhum akan dunia kepesantrenan.
                Dari diskusi itu ceritaku dimulai. Dari sana pula aku sekarang mengerti bagaimana memperjelas sebuah tema tulisan. Berkat itu, akalku terbuka untuk menulis.
                Setelah sakit selama seminggu, aku kembali menuju pesantren untuk mengikuti ujian akhir semester. Di tengah suasana ujian yang kelabu, aku sempatkan tanganku untuk menulis, tentunya tanpa membuang ujianku. Seperti menyelam sambil minum air, aku melakukan dua pekerjaan sekaligus sampai aku lupa bahwa tiga hari lagi merupakan waktu akhir pengumpulan. Aku pun bingung mengatasi masalah ini. Aku tidak ingin kalah untuk kedua kalinya. Hingga akhirnya aku putuskan untuk mengadu lewat gagang telepon.
                Lima menit aku mengadu berusaha meneguhkan jiwa, menata hati, meminta jalan keluar. Tetapi di tengah pengaduanku, ibuku memberi kabar gembira bahwa waktu pengumpulan dipending karena melihat situasi siswa SMA yang sedang mengikuti ujian akhir. Huft… akhirnya aku bisa bernapas lega, memfokuskan diri menghadapi ujian.
∞∞∞
                “Fan, gimana tulisannya? Sudah selesai?” tanya ayahku sambil menyetir mobil.
                “Belum semua, mungkin nanti di rumah, Ifan janji akan menyelesaikannya liburan kali ini” jawabku.
                “Hal yang harus diperhatikan dalam karya tulis ilmiah itu data Fan. Ifan bawa buku muthala’ahnya kan? Kalau bawa, nanti klasifikasikan judul-judulnya dengan nilai-nilai demokrasi yang Ifan tulis” tambah ayahku.
                “Bawa bukunya kok yah, maksudnya diklasifikasikan gimana?” tanyaku bingung.
                “Ya diklasifikasikan, pisahkan judul-judulnya dan kelompokkan dengan nilai-nilai demokrasi yang bersangkutan, lalu analisis”
                “Oh Ifan mengerti, nanti Ifan coba”
                “Nanti kita bahas lagi di rumah” ucap ayahku.
                Sesampainya di rumah, aku tersungkur di ruang TV sambil mendengarkan lantunan syair yang dilagukan dengan indah sembari menggerakkan jemari menekankan tombol-tombol keyboard dengan kecepatan super. Sejenak terhenti, mengerinyitkan dahi memanggil ide dari alamnya yang ghaib untuk disampaikan di layar monitor.
                Puas sekali rasanya bisa menyambungkan pikiran, jemari dan laptop dalam satu waktu sepanjang pagi dan malam. Di waktu itu, aku mengingat-ingat pelajaran muthala’ah yang diajarkan ustadz Fahmi di kelas. Kali ini aku tak boleh membuang kesempatan. Aku tak mempedulikan mataku yang memerah keletihan. Aku terus mengingat kata-kata pak kyai bahwa kemenangan adalah hasil dari keyakinan yang terpatri kuat. Walau napas mulai terlihat parau aku tak peduli, aku puas menuangkan ide-ideku.
                Tanpa sadar ibuku mendapati aku tertidur di ruang TV. Aku kaget, Ia membangunkanku dengan mengenakan mukena. Ia menyuruhku untuk tidur di kamar, tapi keyakinanku membuatku untuk memilih melanjutkan tulisan. Ibuku pun melazimkan.
                Setelah seminggu penulisan serta sedikit koreksi dari ayah, aku mengirimkan tulisan itu melalui email. Bismillahirrahmaanirrahim, ucapku. “Sekarang tinggal tawakal Fan, pengumumannya sebulan lagi, banyak doa” nasehat ayahku.
∞∞∞
                Sebulan kemudian ayah meneleponku bahwa aku berhasil masuk sepuluh besar, aku terkejut sekali apalagi aku berada di posisi pertama dalam penulisan. Wahana perjuanganku dalam memperjuangkan tulisan dalam waktu kurang lebih tiga bulan terbayar oleh pengumuman tadi. Sebagai pemula aku merasa puas. Dengan demikian, minggu depan aku akan berangkat ke Jakarta untuk mewakili Daar el Qolam 3 pada babak persentasi melawan sekolah lainnya.
                Aku merasa ciut ketika aku tahu bahwa lawan-lawanku banyak berasal dari sekolah terkenal apalagi beberapa dari mereka sudah pernah menjuari beberapa lomba tulisan ilmiah lainnya. Tapi aku akan membuktikan kepada mereka bahwa pesantren juga bisa bersaing. Benar saja, pada waktu persentasi aku berdiri gagah mempersentasikan tulisanku di hapadan para juri, yang kebanyakan bergelar profesor. Mereka terheran ketika melihat alat peragaku hanya berupa tiga buku arab klasik di tangan, tidak seperti yang lain yang membawa alat peraganya berupa penelitian ilmiah. Mereka pun banyak bertanya tentang buku muthala’ah, baik dari isinya maupun cara mempelajarinya. Dengan yakin aku menjawab semua pertanyaan itu dengan tenang.
                Hari semakin larut, raut wajah peserta pun semakin kusam oleh rasa ketegangan menunggu hasil lomba. Di tengah penantian, kami saling bertukar pengalaman dan bercanda satu sama lain untuk lebih mengakrabkan diri kami. Di tengah canda kami, para juri akhirnya datang dan mengumumkan hasil perlombaan. Kami para peserta tegang, hidung kami kembang kempi, jantung kami berdebar ketika para juri memanggil nama kami satu per satu. Betapa bahagianya aku, ketika nama almamaterku dipanggil pada urutan keempat. Para juri pun memberikan penghargaan, berupa sertifikat dan uang jutaan rupiah. Aku merasa puas karena ini adalah hasil kerja kerasku sendiri.
                Setelah pembagian hadiah selesai, kami pun duduk kembali mendengarkan seminar yang diadakan dari LIPI (Lembaga Penelitian Indonesia). Betapa kagetnya aku ketika mereka mengabarkan bahwa para finalis dalam lomba ini akan diberangkatkan ke Jepang. Aku langsung bersujud syukur di tengah suasana yang penuh dengan keilmuan tersebut.  Para peserta seminar terheran-heran padaku. Tapi aku tak mempedulikan, ini adalah puncak rasa syukur kepada Allah.
Tokyo, 18 November 2012
                Aku berada di Jepang? Negeri nun jauh dari tanah airku? Tanyaku keheranan, masih tidak percaya dengan keadaan ini. Aku dapat menghirup udara negeri sakura dengan penuh penghayatan. Bagiku ini terasa seperti mimpi.
                Inilah aku, santri penjelajah negeri sakura. Di Jepang kami menghadiri seminar tentang penelitian yang dibawakan oleh Prof. Kiyoto Takashi, Phd. Dari perfektur Nagakura. Aku dan kawan-kawan mengikutinya dengan penuh antusias. Walau persentasinya menggunakan bahasa Inggris, aku paham dengannya karena bahasa tersebut adalah bahasa ibu ketiga di pesantrenku setelah, bahasa Indonesia dan bahasa Arab.
                Di ujung seminar, ia memberikan selamat kepada kami dan memberikan kepada kami tantangan untuk membuat karya tulis ilmiah dalam waktu tiga hari. Kami pun tersontak menelan ludah mendengar kabar itu. Dan lagi-lagi petuah pak kyai di bukunya terlintas di benakku, kemenangan adalah hasil dari tekad yang kuat.
                Kami semua pun membentuk kelompok sesuai perintah pak prof. dan aku satu kelompok dengan Galih dan Prasetya. Kami membuat penelitian tentang hegemoni Islam di Jepang. Tiga hari bukan waktu yang lama, kami berjuang siang dan malam sampai akhirnya dapat mengumpulkannya tepat waktu. Dan betapa senangnya, ketika pak prof. mengumumkan bahwa kami berada di posisi teratas dan berhak mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke Bill University di Prancis. Sontak, kami pun menangis terharu. Lagi-lagi petuah pak kyai membawaku ke tingkatan yang lebih tinggi. Aku langsung bersujud di tengah keramaian melampiaskan rasa syukur yang begitu dalam.
                Cita-cita yang selama ini aku impikan untuk melanjutkan studi ke Prancis, hari ini terkabulkan. Setelah wisuda, teman-teman seangkatan mengantarkanku ke bandara Soekarno-Hatta. Mereka bersorak-sorai dan membawa sebuah spanduk bertuliskan, “Selamat Fan, Bring Glory to France”. Syadam dan Asep yang badannya kecil melambai-lambaikan tangan. Air mata pun tak terbendung oleh rasa haru yang begitu mendalam. Terimakasih kawan, aku akan sangat merindukan kalian. “Fan,berjuang di sana ya!” teriak Zaka, teman sepiringku di pesantren.
∞∞∞
                Tombo hati ada lima perkaranya…
                Berdering suara HP menandakan ada sms masuk. Deringan itu menyadarkanku dari lamunan.
                Besok Fan, tanggal 18 Mei 2030, reunian angkatan kita. Datang ya, jangan sampai tidak hadir. Kami tunggu besok! @Zaki.
                Sms tersebut membuatku menegukkan ludah. Betapa bodohnya aku, lupa akan reuni akbar seperti ini. Tapi bagaimana, besok juga aku dipercaya menjadi tutor sejarah di Sorbonne University. Aku harus memilih. Aku berpikir sejenak dan akhirnya memutuskan untuk pulang ke Indonesia menghadiri reuni akbar tersebut.
                Aku langsung bergegas membuka laptop untuk membeli maskapai penerbangan ke Indonesia hari ini. “Mah, hari ini kita pulang ke Indonesia!” istriku kaget dan hanya bisa mengiyakan. Pagi itu kami sibuk menyiapkan segala halnya untuk dibawa ke Indonesia, seperti tiket, kamera, baju dan buku. Akhirnya kami terbang ke Indonesia. Di pesawat aku mengirimkan email kepada sobat karibku di Prancis bahwa aku berhalang hadir di seminar. Alhamdulillah ia mengizinkan.
                Akhirnya kami menginjakkan kaki di tanah air tercinta, Indonesia. Kami tiba pukul 21.00 WIB. Di bandara Soekarno-Hatta, perasaanku campur aduk, sulit untuk menentukan rasa apa yang paling mendominasi dalam hati, rindu, haru, letih dan lain sebagainya berputar-putar tanpa mempedulikan suasana.
                Tiba-tiba datang segerombolan wartawan mendekati kami. Aku tahu, yang mereka tuju adalah aku. Di Indonesia, akhir-akhir ini banyak tersiar namaku karena berhasil menemukan teori baru dalam dunia sejarah. Aku berhasil memutarbalikkan sejarah dunia 180 derajat. Sejarah yang dulu didominasi oleh-oleh barat berubah menjadi dominasi Islam. Aku berhasil meyakinkan dunia bahwa sejarah Islam adalah sejarah yang paling berpengaruh di dunia.
                Entah dari mana mereka tahu bahwa aku kembali ke Indonesia hari ini. Tanpa memikirkan itu, aku dan keluargaku berjalan di tengah kerumunan wartawan yang sudah stand by  di gerbang arrival sembari menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka. Di tengah kerumunan tersebut, tiba-tiba ada tangan yang menggenggam tanganku dan menarikku keluar dari kerumunan. Otomatis istri dan anak-anakku tertarik olehku. Ternyata dia adalah Adam, sobat karibku di pesantren.
                “Cepat sini, kerumunan ini sungguh menyebalkan. Janjimu kepadaku sudah terlaksana untuk memutarbalikkan alur sejarah” ucapnya sambil bercanda. Aku dan keluargaku tersenyum mendengarnya dan mengangguk-angguk serempak.
                Besoknya, aku sangat terkejut melihat pemandangan yang ku lihat. Semua kawanku berkumpul menjadi satu di pesantren kami, Daar el Qolam 3. Mereka semua telah berubah, ada yang menjadi pedagang, pebisnis, dokter, dosen, kyai, da’i, pengusaha, polisi dan lainnya. Ketika aku datang, mereka semua menyapaku dengan hangat. Dengan guyonan kami bercanda dalam keharuan.
                Siang hari, kami sowan ke kyai Syahid dan berziarah ke makam pak Kyai Ahmad Rifa’I Arief. Di sana aku hanya bisa menangis haru. Mengingat betapa dahsyatnya petuah pak kyai dalam perjalanan hidupku. Aku memeluk makamnya lalu mendoakannya dengan penuh sendu. “Terimakasih pak kyai, berkatmu, kaki ini, tangan ini, mata ini dapat menyentuh dan menyeberangi lautan serta daratan yang dulu kau katakan tak mungkin tidak bisa dilalui”. Berkatnya aku dapat mengerti apa itu makna dari keyakinan. Semakin dewasa aku dapat memahami petuahmu, bahwa kemenangan adalah hasil dari keyakinan yang terpatri kuat dalam sanubari. Terimakasih pesantrenku.

∞∞∞