Saturday, December 28, 2013

Kisah tentang kedermawanan

Seorang pria dari kamu Quraisy bercerita, "Suatu saat, Muhammad bin al-Munkadir dari banit Taim bin Murah pergi untuk berhaji. Dia seorang yang sangat dermawan. Sebelum berangakat, dia memberikan sedekah kepada orang-orang hingga semua barang miliknya habis, hanya dengan berbekal baju yang dikenakannya, dia berangkat haji bersama kawan-kawannya.

Dalam perjalanan, mereka singgah di sebuah telaga. kemudian, datanglah wakil dari rommbongan tersebut dan berkata, 'kita tidak mempunyai apa-apa, uang satu dirham pun kita tidak punya'.
Mengetahu hal itu, Muhammad kemudian meneriakan bacaan talbiyah dan diikuti oleh semua kawannya . Bacaan ini ternyata juga diikuti oleh beberapa orang yang sama-sama singgah ditelaga itu, diantaranya Muhammad bin Hisyam. Setelah mendengar suara talbiyah menggema, Muhammad bin hisyam berkata, 'Demi Allah aku yakin si sekitar telaga ini ada Muhammad bi al-Munkadir. Cobalah kalian lihat'.

Ternyata memang benar, Muhammas bi al-munkadir adadisitu. Kemudian Muhammad bin Hisyam berkata, 'Sepertinya dia tidak mempunyai uang. bawalah uang sebanyak 4000 dirham ini kepadanya'.

Bukan begitu, tapi begini

Terkadang kehendak atau keinginan kita tidak dipahami oleh orang lain, apa yang kita maksud justru berbalik arah dengan apa yang mereka maksud. Contohnya ketika kita lagi suka sama seseorang, terus kita cerita kepada sahabat kita, tapi malah sahabat kita justru enggak bisa memahami apa yang kita maksud. Karena memang kita merasakan sesuatu yang susah diungkapkan dengan kata-kata. Mengapa demikian? enggak semua pandangan sama, semua manusia yang hidup dimuka bumi ini, mereka mempunyai pandangan yang berbeda tentang beberapa hal. Contoh lain; didalam sebuah perusahaan, seorang karyawan tidak semua mempunyai presepsi yang sama dan mengerti dengan tujuan perusahaan yang telah direncanakan oleh seorang manajer sebelum melakukan proses manajemen yang lain (pengorganisasian, kepemimpinan, pengendalian). Oleh karena itu disitulah seorang manajer bertindak untuk menjalankan tugas agar apa yang dituju sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya. Bagaimana seorang manajer memahami atau mengerti apa yang diinginkan oleh seorang karyawan agar pekerjaan yang ditunjukan kepada karyawan tersebut berjalan sesuai perencanaan? Seorang manajer bekerja dengan dan melalui orang lain. Oleh karena itu, harus ada pendekatan antara seorang manajer dan karyawan. Ketika seorang manajer menginginkan apa yang ia sampaikan dapat dengan mudah diterima oleh karyawan, sebaiknya manajer harus memahami terlebih dahulu apa yang menjadi motivasi dalam dirinya. Motivasi dalam proses manajemen sangatlah banyak salah satu darinya adalah teori motivasi hirarki yang dikemukakkan oleh Maslow. Intinya kita terkadang egois dengan diri kita, kita hanya memperhatkan diri kita sendiri dan kita jarang memahami orang lain, kita justru menginginkan orang lain memahami dirikita.

Batal S2 di UI, Alhamdulillah Master ke Turki

Aku sangat yakin Allah sedang menyiapkan masa depan ku, namun bukan untuk kuraih, melainkan untuk kubentuk dengan usaha ku, dan aku percaya apapun yang Allah inginkan untuk terjadi, maka terjadilah. Karenanya aku berimajinasi dengan bahasa tentang cerita hidupku, bahwa Allah memberi pilihan dalam fantasi, dan aku diizinkan untuk menciptakan masa depan dengan usahaku. Sampai akhirnya kutemukan fantasiku nyata, lahir dari sebuah imajinasi dan kekuatan bahasa. Dan inilah lintas kisahku…. dari Jakarta menuju Famagusta.

Hidup Adalah Seni Memilih
Utara atau selatan, kiri atau kanan, depan atau belakang, maju atau mundur. Terserah, Pilih!!!! kata Belati dalam puisinya.
Kutandai tiga maskot penting dalam hidupku –paling tidak sampai dengan saat ini- kusimpan dan kukenang sebagai tanda dalam perjalanan pencarian ilmu seorang anak bangsa: kaos Mapaba Universitas Nasional, Kartu Ujian S2 Universitas Indonesia, dan Kunci Kantor Riset Asisten Eastern Mediterranea University/EMU, Turki. Mungkin kelak ijazah studi PhD yang distempel Universitas Glasgow sebagai maskot keempat diteruskan gelar Professor dari MIT sebagai yang kelima, dan akan ada yang keenam, ketujuh dan seterusnya. Lintasannya mungkin akan menjadi begitu panjang namun ujungnya adalah sebuah susunan kata dalam bahasa “surat perintah legal” untuk melayani rakyat yang dikeluarkan oleh negara, Amiin.
Sejak usia lima tahun, pertama kali aku mengenal bahwa belajar itu menyenangkan,aku selalu memimpikan untuk sekolah keluar negeri sekalipun aku tahu keluargaku tidak cukup kaya untuk mendanainya, bahkan orangtuaku memaksakan menempuh satu tahun Sekolah Taman Kanak-Kanak demi menekan biaya, padahal saat aku tidak diizinkan untuk lulus mengingat umurku baru 4 tahun ketika memasuki Sekolah Dasar.Namun dalam perjalanan hidupku aku selalu percaya “banyak jalan menuju Roma” dan filsafat menuntut ilmuku “sampai ke negeri Cina.” Karenanya dalam pengajian Iqro di Madrasah ku dulu, aku selalu menunggu saat-saat dimana pak Ustad  mengingatkan tentang pentingnya menuntut Imu dengan mengutip sang Nabi tersebut.
Ibundaku tercinta kadang melisting hal-hal aneh apa saja yang kulakukan dan menjadi rutinitasku, mulai dari gaya tidur tengkurep, gaya tidur berbantalkan buku, berbahasaInggris di kamar mandi, sampai berbicara didepan kaca. Tidak berbeda dengan ibu-ibu lain beliau dulu beranggapan kelak aku mungkin akan menjadi seorang selebritis, padahal cita-citaku semasa kecil dulu adalah menjadi astronot. Beberapa kali aku mengganti cita-citaku setiap kali ditanya guru yang berbeda semasa pendidikanku di tingkat sekolah dasar, mulai dari menggantinya menjadi wartawan, sutradara film, kartunis, atlet lari international, sampai terakhir aku sangat ingin menjadi Presiden.Pada akhirnya seorang yang kami percaya petuah-petuahnya berkata “Ia akan keluar negeri mencari ilmu, apapun yang menjadi cita-citanya.” Alhamdulillah sampailah aku kepada cita-citaku, keluar negeri menuntut ilmu.

Ujian S2 Universitas Indonesia Ku
Satu pagi yang sibuk dan tergopoh-gopoh. Tidak boleh lebih dari pukul enam pagi aku harus mencapai bus pertama di halte Metropolitan Mall Bekasi menuju terminal Kampung Rambutan untuk sebuah perjalanan dua jam yang akan mengantarkanku pada salah satu pintu masa depan, itulah yang kufikirkan saat itu. Ujian masuk program Pasca Sarjana Universitas Indonesia akan dimulai tepat pukul sembilan pagi dikampus UI Depok. Dua hari sebelumnya aku sudah mensurvei ruang ujian, mengambil kartu serta menyiapkan peralatan-peralatan tempur yang akan membawaku menjadi pemenang ‘perang fikiran’ itu.
Akhirnya semua kulalui dengan mudah, alhamdulillah bisikku dalam hati sambil membalas pesan-pesan pemberi semangat yang dikirim sahabat-sahabatku. Munandar salah satunya, si pria jangkung yang selalu menjadi tendem sejatiku dalam dunia aktivis, sosok pemimpin ambisius yang tenang dan penuh perhatian. Kami mencintai organisasi, mungkin melebihi kecintaan kami pada diri sendiri. Baginya organisasi adalah nafas dan bagiku organisasi adalah nadi. Kalau saja dapat dibelah dua tempurung masing-masing kepala kami kuyakin akan ditemukan bentuk otak yang nyaris sama, segumpal daging merah bertekstur bagan vertikal-horizontal yang dipenuhi cabang-cabang beranak-pinak, yaitu sebuah struktur organisasi.
Kurang lebih satu minggu, pengumuman penerimaan mahasiswa baru program Master UI pun dipublikasikan, Trims ya Allah namaku tercantum didalamnya. Kesampaikan pada bos sekaligus kakak yang membanggakanku di kantor riset PSIK-Indonesia Kak Hakim, tentang keberlanjutan rencana studi masterku. Setelah mengucapkan selamat, pesannya satu “kamu harus menyesuaikan jadwal kuliahmu dengan jadwal kantor.” Ini akan menjadi hal yang sangat sulit karena studi yang kupilih tidak memberikan ruang cukup untuk kuliah sambil bekerja.
Hidup adalah soal memilih, dulu, hari ini atau nanti. Jika terlalu lama berfikir, maka akan terlambat. Jika terlalu cepat keputusan dibuat, bukan tidak mungkin penyesalan menyusul kelak. Karenanya yang harus dilakukan adalah membuat pertimbangan matang untuk sebuah pilihan yang tepat. Kulupakan opsi untuk bekerja, walaupun sesungguhnya aku cemas untuk kehilangan kesempatan merintis karir sebagai Peneliti, hingga hanya ada dua pilihan saat itu: S2 di Indonesia atau Bekerja di Turki.Melalui internet, aku menemukan keluarga yang membutuhkan kemampuan ku untuk mengajar bahasa Inggris anak mereka. Keajaiban itu pun akhirnya datang setelah kuhasilkan keputusan dari istikharah ku dengan beberapa pertimbangan dari orangtua.Kala itu keluarga Turki ku bertanya tentang tujuanku bekerja, dan kujawab “aku ingin belajar bahasa Turki yang nantinya berguna untuk mengajukan permohonan beasiswa Master disana. Professor Serim pun menjawab emailku dengan surat panggilan wawancara untuk pendidikan Master di jurusan Ilmu Komunikasi, Eastern Mediterranean University, Siprus Utara (yang adalah bagian dari Turki).
Itulah hasil dari memahami seni memilih dalam hidup, ketika Allah memberi kebebasan kepada manusia untuk menentukan, disaat itulah pilihan itu muncul dengan menyerahkan keputusan  kepada Nya. Satu pilihan memberikan puluhan kemungkinan, mungkin belajar bahasa Turki, mungkin menjadi Akademisi, dan mungkin meneruskan studi PhD dan mungkin-mungkin yang lain. Karena hidup adalah seni memilih, manusia yang cerdas tahu bagaimana menentukan pilihannya, sepanjang mereka percaya seburuk-buruknya opsi tidak ada yang lebih buruk daripada tidak menentukan pilihan.

Injakan Kaki Pertama di Luar Negeri
Pesawatku akhirnya mendarat di Istanbul-Turki, setelah dua jam di Changi-Singapur dan lima jam di Doha-Qatar, masa-masa transit yang membelangakan kedua mataku tentang betapa luasnya dunia. Menarik nafas sangat panjang, aku bersyukur segala sesuatunya berlalu lancar, setiap bagian tubuhku utuh dan segala propertiku sampai ke locket transfer baggage terkait jadwal terbangku selanjutnya menuju Ercan. Untuk pertama kalinya menginjakan kakiku di tanah Turki, sebuah sejarah besar tentang kejayaan Ottoman sang penakhluk Eropa. Turki yang mempersona, sebuah catatansejarah tentang penakhlukan Islam terbesar didunia, aku yakin salah satu alasan Uni Eropa sulit menerima keanggotaan Turki adalah karena mereka pernah bertekuklutut dikaki kaum Turks. Kaum Turks boleh berbangga dengan sejarah mereka, kelak aku berharap sejarah hidupku pun membanggakan bangsaku, dan tiada yang lebih pantas disyukuri selain mempercayai keberadaan Nya yang selalu bersamaku.
Ketika meninggalkan bandara Soekarno Hatta, yang terbesit dibenakku adalah “aku pasti kembali” dan ketika menginjakkan kakiku di Istanbul yang terbesit dibenakku adalah “Sambut aku datang.” Ada tiga loket kala itu, satu loket menuju Eropa, satu loket masuk Turki, dan loket terakhir satu loket kembali pulang. Kembali aku dihadapkan dengan persoalan memilih, namun tentu saja kali ini lebih mudah hanya perlu melangkah maju sesuai dengan alur yang sudah terbentuk.  Sesudahnya akan ada loket-loket yang lainnya, kembali aku dihadapkan dengan pilihan dan sekali lagi karena hidup adalah seni memilih, manusia yang cerdas tahu bagaimana menentukan pilihan. Loket tersebut pun akhirnya membawa aku pada keluarga baru, keluarga Serim, dan sebagaimana misi ku mempelajari bahasa, aku pun memperoleh guru bahasa terbaik ku, Yigitcan Serim.


Sumber: http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2013/12/21/batal-s2-di-ui-alhamdulillah-master-ke-turki-620334.html

Friday, December 27, 2013

Ragu - ragu tentang Jaminan Rezeki dari Allah swt

Hallo semua, gue punya cerita, gue ambil dari buku yang udah pernah gue baca, semoga bermanfaat!
Dikisahkan bahwa dahulu di Baghdad, terdapat seorang lelaki yang mencuri kain kaffan. Dia menggali setiap kubur orang yang baru meninggal dunia dan mengambil kain kaffannya itu. Pada satu malam, saat dia sedang menggali kubur, tiba - tiba ia melihat api yang berkobar -kobar keluar dari lubang kubur. badannya menggigil kemudian ia pun pingsan.

Setelah sadar, lelaki itu lari sekencang - kencangnya sambil menangis terisak-isak, hingga akhirnya berjumpa dengan Syekh Junaid al-Bustani. Lelaki itu ingin sekali bertaubat. Dia kemudian menceritakan tentang peristiwa yang telah ditemuinya. Dia juga bercerita bahwa selama ini, dia telah menggali 78 kubur. Anehnya, dari 78 mayat yang ada didalam kubur itu, hanya 2 kubur saja yang mayatnya masih menghadap kiblat. Sementara itu, dikubur-kubur yang lain, semua mayat itu telah berpaling membelakangi kiblat.

Mendengar penuturan lelaki itu, Syeikh Junaid lantas menerangkan bahwa mayat-mayat yang berpaling membelakangi kiblat itu adalah orang-orang yang semasa hidupnya ragu-ragu tenatng jaminan rezeki yang diberikan Allah swt.

Sunday, October 13, 2013

Perjanjian Green Hilton Memorial Agreement adalah Dokumen Palsu - Analisis

Akhir-akhir ini sebuah dokumen yang disebut Green Hilton Memorial Agreement cukup menimbulkan kehebohan di dunia maya. Dokumen misterius ini menyebutkan bahwa Amerika Serikat memiliki hutang 57.000 ton emas kepada Indonesia. Bahkan disebutkan bahwa dokumen inilah yang menyebabkan CIA ikut menggulingkan Presiden Sukarno. Tapi, sebaiknya kita tidak melihat terlalu jauh. Soalnya ada alasan kuat untuk mengatakan bahwa dokumen ini sesungguhnya adalah dokumen palsu.

Di Indonesia, dokumen ini mungkin baru heboh pada tahun 2013 ini. Namun di Amerika, berita ini sudah beredar sejak tahun 2008 lewat situs bibliotecapleyades.net. Ketika sampai ke Indonesia, beritanya dibuat menjadi lebih bombastis. Misalnya, kalimat pembuka dalam sebuah situs berita memuatnya seperti ini (saya kutip apa adanya):
"Inilah perjanjian yang paling menggemparkan dunia. Inilah perjanjian yang menyebabkan terbunuhnya Presiden Amerika Serikat John Fitzgerald Kennedy (JFK) 22 November 1963. Inilah perjanjian yang kemudian menjadi pemicu dijatuhkannya Bung Karno dari kursi kepresidenan oleh jaringan CIA yang menggunakan ambisi Soeharto. Dan inilah perjanjian yang hingga kini tetap menjadi misteri terbesar dalam sejarah ummat manusia." 

Mengenai isi perjanjian tersebut, saya rasa tidak perlu saya posting seluruhnya. Jika kalian ingin mengetahuinya, kalian bisa membaca berita lengkapnya di situs tersebut.
Bagi mereka yang kurang memahami persoalan ekonomi mungkin akan sedikit kebingungan membacanya. Yang bisa saya tangkap, emas sebesar itu dipinjamkan oleh Sukarno kepada Amerika untuk digunakan sebagai cadangan supaya pihak Amerika bisa mencetak uang dolar.
Singkatnya seperti ini:
1. Sukarno memegang kuasa atas emas-emas (yang disebut sebesar 57.000 ton) tersebut.
2. Lalu Sukarno memindahkan emas itu ke Amerika.
3. Sebagai gantinya, pihak Amerika akan memberikan bunga senilai 2,5 persen dari harga emas.
4. Karena Sukarno tumbang, pembayaran bunga tersebut belum pernah dicairkan sampai sekarang dan emas tersebut lenyap dari pantauan radar.
Mungkin beberapa dari kalian akan bertanya mengapa emas itu digunakan untuk mendukung pencetakan uang dolar. Penjelasannya kurang lebih seperti ini:
Pada tahun 1963, sistem keuangan Amerika masih menggunakan "Gold Standard". Artinya untuk setiap dolar yang dicetak, maka harus ada emas yang dicadangkan. Dengan kata lain, jika memiliki tambahan cadangan emas sebanyak 57.000 ton, maka Amerika bisa mencetak uang dolar sebesar nilai emas tersebut.
Amerika Serikat baru menghentikan sistem Gold Standard pada tahun 1971. Dan pada tahun 2013 ini sudah tidak ada negara yang menggunakan sistem semacam itu.
Jadi kita tahu alasannya sekarang. 
Mungkin di antara kalian ada yang penasaran berapa nilai sebenarnya emas sebanyak 57.000 ton itu. Untuk sekedar informasi, nilainya jelas sangat besar. Saya sudah membuat sedikit perhitungan mengenainya yang bisa kalian lihat pada gambar berikut ini. 

Emas sebesar 57.000 ton itu sama dengan 61.685 Trilyun Rupiah. Sebuah jumlah yang sangat besar. Mungkin kita sukar membayangkannya. Sebagai perbandingan, pada September 2013, jumlah hutang luar negeri Indonesia adalah 2.983 Trilyun. Jadi benar seperti yang diisukan selama ini. Harta karun revolusi Sukarno akan mampu melunasi seluruh hutang Indonesia dan bahkan masih memiliki kelebihan untuk memakmurkan rakyat. Itu pun jikalau emas tersebut memang ada.
Tapi baiklah, cukup dengan hitung-hitungan ekonomi. Seperti yang sudah saya katakan di paragraf pembuka, ada alasan untuk menyebut dokumen tersebut sebagai dokumen palsu sehingga saya rasa saya tidak perlu berbicara lebih lanjut soal harta sebesar itu.
Jika mau menelusuri lebih jauh, saya yakin akan menemukan lebih banyak bukti palsunya dokumen ini. Namun saya berhenti ketika telah mendapatkan beberapa yang saya anggap cukup fatal. Nah, ini adalah bukti-bukti yang saya maksud.
Stempel Kepresidenan Amerika Serikat
Salah satu poin mencurigakan dari dokumen ini adalah stempel kepresidenan Amerika Serikat.

Stempel kepresidenan Amerika ada di sebelah kiri. Pada stempel tersebut tertulis United States of America (Bagian atas) dan The President (Bagian bawah). Masalahnya adalah desain semacam ini tidak pernah digunakan sama sekali.
Memang desain stempel presiden Amerika Serikat beberapa kali mengalami perubahan. Tapi tidak pernah ada yang menyerupai stempel pada dokumen Green Hilton Memorial Agreement tersebut.
Berikut adalah stempel kepresidenan Amerika Serikat.

Pada stempel yang asli, di belakang burung Rajawali terdapat 13 gumpalan awan yang tidak terlihat pada stempel dokumen Green Hilton memorial Agreement. 
Desain stempel semacam ini mulai berlaku sejak executive order 10860 tahun 1960. Pada tahun 1963, seharusnya Kennedy juga menggunakan stempel yang sama.
Lalu bagaimana dengan stempel kepresidenan Republik Indonesia?
Stempel Presiden Sukarno pada dokumen tersebut mirip dengan stempel kepresidenan yang didesain tahun 1950. Jadi saya rasa tidak bermasalah.

Memang, ada kemungkinan bahwa saya salah dalam hal ini. Bisa saja stempel yang digunakan pada perjanjian internasional berbeda dengan versi resmi (Stempel presiden Amerika memiliki beberapa versi tergantung tujuan penggunaan). Namun saya kira kemungkinannya akan sangat kecil. Penggunaaan kata "United States of America" sendiri tidak pernah ada di dalam stempel versi manapun. Yang ada hanya "United States".
Jadi, bukti pertama kita adalah masalah stempel kepresidenan Amerika yang tidak sesuai.
Sekali lagi, mungkin saya salah, mungkin juga tidak. Karena itu untuk menguatkan dugaan saya mengenai palsunya dokumen ini, saya akan memberikan bukti tambahan.
Bekas Cropping Pada Dokumen?
Jika kita melihat dengan baik salah satu screenshot dokumen yang ada, kita bisa melihat logo burung Garuda di atas dokumen sepertinya merupakan hasil sebuah cropping.

Lihat bekas seperti kotak pada burung Garuda tersebut. Apakah itu bekas cropping? Jika iya, maka sepertinya logo itu telah ditempel lewat photoshop.
Selain itu, logo burung Garuda tersebut berbeda dengan stempel resmi kepresidenan RI. Kita tidak pernah melihat ada logo resmi negara dengan sayap Garuda memotong lingkaran.
Desain semacam ini mirip dengan pajangan burung Garuda yang ada di kedutaan besar Republik Indonesia di Washington.
Tapi, ini adalah pajangan. Tentu saja berbeda dengan stempel resmi untuk dokumen. Apakah mungkin sang pemalsu dokumen telah meniru desain pajangan ini karena mengiranya sebagai versi resmi kepresidenan RI?
Nah, untuk yang satu ini, saya pun tidak mengatakan bahwa saya pasti benar. Bisa jadi kertas dokumen tersebut memang memiliki bentuk "kotak" seperti cropping. Dan bisa jadi juga saya salah dalam hal penggunaan logo resmi kepresidenan pada perjanjian internasional.
Untuk itu, saya akan memberikan bukti lainnya.
Tanda Tangan Sukarno

Dari dokumen Green Hilton Memorial tersebut, ada indikasi bahwa tanda tangan Presiden Sukarno berbeda dengan tanda tangan aslinya. Mari kita bandingkan tanda tangan Sukarno pada dokumen tersebut dengan tanda tangan asli yang kita miliki.
Ini adalah tanda tangan Sukarno yang asli yang diambil dari potongan Keppres No.129 tahun 1961 tentang penyederhanaan partai politik. 

Sedangkan ini adalah tanda tangan Sukarno pada dokumen Green Hilton.
Sedikit mengenai tanda tangan. Karena tanda tangan merupakan hasil dari tulisan tangan, maka hampir dipastikan bahwa tidak akan ada tanda tangan yang sama persis, bahkan walaupun yang menandatangani adalah orang yang sama. Kadang, mood yang berbeda bisa menghasilkan tanda tangan yang berbeda pula.

Tapi, ada satu yang selalu sama.
Yang saya maksud adalah cara dia menarik garisnya (stroke).
Tanda tangan sendiri adalah produk dari kebiasaan yang telah berlangsung selama puluhan tahun. Ketika seseorang membubuhinya di atas sebuah dokumen, ia tidak berpikir. Ia hanya menggoreskan penanya. Semuanya otomatis, sama seperti ketika kalian mengikat tali sepatu. Karena itu, cara dia menarik garis pasti akan sama pada setiap tanda tangan.
Jadi, jika kalian ingin memeriksa keaslian tanda tangan seseorang, periksalah tarikan garisnya. Jika berbeda, maka dipastikan bahwa tanda tangan tersebut telah dipalsukan, walaupun terlihat sangat mirip. 
Dalam kasus dokumen Green Hilton Memorial Agreement ini, jelas arah tarikan garis kedua tanda tangan berbeda.
Saya membuat alur tarikan garis untuk tanda tangan asli dan tanda tangan pada dokumen Green Hilton. kalian bisa melihat keduanya sangat jauh berbeda. Terlihat pada huruf "S", "K" dan "R".

Ini adalah alur tarikan garis pada tanda tangan asli.

Dan ini adalah alur tarikan garis pada dokumen Green Hilton Memorial


Bisakah kalian melihat perbedaannya?
Selain perbedaan pada tiga huruf tersebut, salah satu kesalahan yang paling fatal adalah kurangnya tanda titik dan garis pada tanda tangan Green Hilton Memorial. Kalian bisa memeriksa semua tanda tangan Sukarno. Titik dan garis pada ujung tanda tangan tersebut selalu ada. 
Pada dokumen yang satu lagi, titik dan garis ini muncul. Tapi, tarikan garis pada huruf "S" berbeda dengan yang satunya lagi.

Saya tidak akan heran dengan hal ini. Mereka yang meniru tanda tangan pasti hanya akan memiripkan tanda tangan tanpa peduli dengan alur tarikannya.
Selain masalah tarikan. Ada satu lagi yang menarik. Jika kalian teliti, pasti kalian sudah bisa menemukan perbedaan lainnya dari tanda tangan yang asli dan tidak.
Perhatikan kembali gambar tanda tangan asli dan tanda tangan pada Green Hilton Memorial. Bisakah kalian melihat perbedaannya?
Perbedaannya adalah pada nama penandatangan. Pada tanda tangan asli ditulis "Sukarno". Pada tanda tangan palsu ditulis "Soekarno". Sebuah kesalahan kecil yang dilupakan oleh sang pemalsu.
Soal ejaan ini, ada ceritanya.
Dalam buku Bung Karno penyambung lidah rakyat karya Cindy Adams yang terbit tahun 1965, disebutkan bahwa Presiden Sukarno sendirilah yang meminta namanya ditulis dengan "Sukarno" dan bukan "Soekarno". Ini dikarenakan pada tahun 1947, Indonesia sudah resmi menggunakan Ejaan Soewandi  yang salah satu cirinya adalah mengganti "OE" dengan "U". Jadi Sukarno ingin konsisten dengan perubahan itu.
Sang pemalsu tanda tangan mungkin melihat tanda tangannya dan membaca "Soekarno" sehingga ia ikut memberikan nama itu pada dokumen.
Masih kurang kuatkah buktinya?
Kalau begitu, saya berikan bukti yang terakhir.
Keberadaan Presiden Sukarno dan Kennedy
Sebuah dokumen resmi negara tidak boleh salah dalam pemberian tanggal. Dalam surat kelurahan, mungkin masih bisa. Tapi jelas tidak untuk perjanjian sekaliber Green Hilton Memorial ini.

Pada kasus Green Hilton Memorial, disebutkan bahwa dokumen tersebut ditandatangani pada tanggal 14 November 1963 di Jenewa, Swiss.

Kita bisa memeriksa keabsahannya dengan cara melacak keberadaan sang penandatangan. Dalam hal ini Presiden Sukarno dan Kennedy.

Lalu dimana Sukarno pada tanggal tersebut?

Memang susah melacak keberadaan Sukarno. Soalnya dokumentasi kita tidak cukup memadai. Namun ada indikasi kuat bahwa Sukarno tidak berada di Swiss.
Tahun 1960-an adalah tahun yang cukup rumit bagi Indonesia. Tahun 1962, Indonesia dipercaya menjadi tuan rumah Asian Games ke-4. Karena Indonesia menjalin hubungan baik dengan Cina dan Palestina, maka Indonesia menolak keikutsertaan Taiwan dan Israel. Ini menyebabkan komite Olimpiade Internasional memberi sanksi kepada Indonesia.
Sukarno menjadi marah. Lalu ia memutuskan untuk menciptakan event tandingan semacam Olimpiade yang disebut Ganefo (Games of the New Emerging Forces). Sambil membawa semangat yang juga dibawa oleh gerakan non blok, Sukarno menekankan kekuatan Ganefo sebagai simbol pemberontakan terhadap kekuatan adidaya.
Nah, Ganefo pertama diadakan pada tanggal 10-22 November 1963. Acara tersebut dibuka langsung oleh Presiden Sukarno. Jadi pada tanggal 10 November, Sukarno masih ada di Jakarta. Tidak ada catatan mengenai keberadaannya pada tanggal 14 November.
Tapi pertanyaannya adalah: "Apakah dalam masa penyelenggaraan event yang dianggapnya sebagai simbol kekuatan negara-negara berkembang itu Sukarno mau pergi ke Swiss?
Saya rasa tidak.
Jadi, saya menduga bahwa Sukarno tidak berada di Swiss pada tanggal itu. Saya pun tidak bisa menemukan catatan perjalanannya ke Swiss pada tanggal tersebut.
Mungkin kalian masih belum puas dengan jawaban ini. Tunggu dulu. Masih ada Kennedy.
Sebenarnya pemalsu dokumen ini kurang teliti. Seharusnya mereka tahu bahwa gerak-gerik presiden Amerika dicatat dengan teliti dan didokumentasikan dengan sangat baik. Bahkan 50 tahun setelah itu, kita masih bisa melacaknya.
Dalam kasus ini mereka telah memilih tanggal yang salah. Dan ini fatal.
Pada tanggal 14 November 1963, Kennedy ternyata sedang berada di Washington, Amerika Serikat, dan tidak berada di Swiss. Saat itu ia memberikan konferensi pers dan menjawab pertanyaan berbagai wartawan. Kalian bisa melihatnya di situs JFK Library atau kalian juga bisa melihat rekamannya di link youtube berikut ini. 

Masih belum puas?
Baiklah, saya lanjutkan.
Pada tanggal 15 November 1963, Kennedy juga tidak ada di Swiss karena ia menghadiri konferensi AFL CIO di New York. AFL CIO adalah salah satu organisasi serikat buruh di Amerika.
Tapi tunggu dulu. Mungkin di antara kalian ada yang tidak puas lalu bertanya, "Bro enigma, apa yang dilakukan Kennedy sebelum ia konferensi pers pada tanggal 14 November?"
Pertanyaan bagus. Pada tanggal 13 November, Kennedy masih ada di Washington, menghadari acara dengan Resimen Black Watch of the Royal Highlanders. Kalian bisa melihat rekaman youtubenya disini.

Bagaimana? bukankah ini membuktikan bahwa pada tanggal 13,14 dan 15 November 1963 Kennedy tidak berada di Swiss? Jadi bagaimana caranya ia menandatangani dokumen Green Hilton Memorial tersebut?
Indikasi stempel kepresidenan Amerika yang palsu, kemungkinan cropping pada dokumen, tanda tangan Sukarno yang juga terindikasi dipalsukan dan Presiden Kennedy yang jelas tidak berada di Swiss pada tanggal ditandatanganinya dokumen itu. Apakah bukti-bukti ini masih kurang kuat? 
Sumber :  http://xfile-enigma.blogspot.com